Seandainya Jadi Anggota Militer, Begini Caraku Memesan Makanan di Cafe
Geram melihat oknum TNI yang memesan makanan sampai marah - marah dan pergi ke dapur untuk mengata - ngatai petugas dapur cafe.
Siang itu udara panas, dengan suasana jalanan yang tidak terlalu ramai. Saya singgah ke sebuah cafe di kota Sanggau untuk sekedar rehat dan mengisi kampung tengah yang terasa mulai meronta ingin diisi. Tampak juga beberapa sepeda motor pengunjung lain yang sudah ada sejak awal di cafe tersebut.
Alunan musik Pop yang melo, ditambah dengan suasana estetik ruangan cafe, membuat makan siang saya hari itu terasa padu. Saya terus menuju pojok, menghempaskan tubuh yang lapar, dan langsung dihampiri seorang pelayan putri dengan ramah. Tampak pengunjung lain juga duduk menunggu dengan sabar, sambil bercengkrama dengan kolega yang menemaninya, beberapa juga sibuk dengan handphone di tangan.
Sejurus kemudian, tampak mobil hijau monoton yang dari tampilan luarnya saja kita tahu siapa pemilik dan pengendaranya. Benar saja, terlihat tiga orang berseragam loreng yang keluar dari mobil, dan langsung menuju arah meja di sebelah saya. Dua diantara mereka tampak lebih muda dengan sosok yang satunya terlihat lebih tua dan tinggi jabatannya.
Seperti biasa pelayan cafe melayani mereka dengan ramah, responsif dan senyum yang manis. Terlihat ketiganya antusias melihat menu - menu yang ada di daftar. Setelah sekian menit pelayan tampak menuju dapur memberi pesanan.
Awal kejadian dan pembahasan saya di sini kawan. Belum juga berselang 10 menit, salah satu dari oknum berloreng itu bangkit dari tempat duduknya, sedikit merapikan seragam lorengnya ia menuju ke arah dapur, dan terdengar suara yang sangat - sangat tidak enak untuk di dengar bagi saya dan juga tamu lainnya.
“Lama benar masaknya, dasar kalian ini tukang masak amatiran!”
Padahal tamu yang lain, dan saya, juga sudah menunggu lebih lama dari mereka, namun tetap sabar menunggu. Apakah karena desakan salah satu tetuanya tadi, atau hanya ingin pamer kekuatan?
Sekiranya saya seorang militer, dan makan di cafe, ini yang akan saya lakukan.
Tetap disiplin menunggu
Bagaimanapun kalau kita makan di tempat umum, maka kita harus antre sesuai kedatangan kita. Tidak bisa kita semaunya datang telat minta dilayani masakan lebih cepat. Tentunya petugas di dapur juga memasak sesuai urutan bon menu oleh pelayan di depan.
Dan kalau saya seorang militer, saya akan tetap disiplin menunggu. Sabar! Ya iyalah, bukankah baris berbaris itu mengajarkan kita untuk disiplin. Disiplin menunggu, disiplin, sabar, disiplin menahan sikap, disiplin menjaga amarah. Jika dalam hal mengontrol emosi saat menunggu pesanan di cafe saja seorang TNI sudah tidak sabar, boleh dipertanyakan ilmu dasar baris berbarisnya.
Saya akan berusaha melaksanakan Sapta Marga
Seorang militer harus bersendikan Pancasila. Itu artinya setiap tingkah lakunya harus sesuai dengan Pancasila, seandainya ada oknum mengatai ngatai petugas dapur, di mana pengamalan Pancasila kemanusiaan yang adil dan beradabnya? Adilnya di mana? Datang belakangan minta duluan? Di mana adabnya kalau mengatai petugas dapur dengan tidak beradab!
Tapi apalah saya yang bukan seorang militer. Saya hanya rakyat biasa yang tahunya makan, ngak berani. Sumpah, ngak berani. Tulisan ini juga ngak ber
ani kok, sekali lagi oknum.
Posting Komentar untuk "Seandainya Jadi Anggota Militer, Begini Caraku Memesan Makanan di Cafe"