Jembatan Rusak, Mengapa Tidak Meminta dengan Tuhan?

 Kalau kami sudah tak bisa meminta kepada manusia dalam hal ini pemerintah, wajar kami meminta secuil jembatan kepada Tuhan!



Menjadi seorang yang  bekerja sebagai  Peragih, Meragih atau bahasa Indonesianya Sales, saya memang besahabat sekali dengan yang namanya jalan. Area yang saya tempuh tergolong wilayah yang memiliki akses jalan yang saya sebut gado – gado. Ya, istilah itu memang pantas, sebab wilayah kecamatan Mukok memiliki akses yang gado – gado, beberapa kilometer mulus seperti jalur sirkuit Mandalika, sebagian lainnya kuning, penuh debu, superball ala – ala sirkuit Grasstrack. Namun, yang membuat saya lebih prihatin adalah jembatan yang ada di wilayah Ubay, tepatnya setelah Gereja BETHESDA MUKOK. Tampak permukaan jembatan sudah tidak layak, ada gundukan – gundukan tanah bekas tambalan  para supir truk, di ujung jembatan terlihat ada lubang yang menganga akibat mungkin pondasi yang amblas. Belum lagi, pagar yang sudah reyot dan kiri kanan ditumbuhi semak liar.

 

Bukan Spot Mancing Ideal

Seorang pria baruh baya yang saya temui, mengaku prihatin juga dengan keadaan jembatan yang sudah semakin amblas itu.

“Dulu nyaman mancing di bawah nyak, bang. Dah tuk, nai berani!”

Yah, tak ada yang berani memancing di bawah jembatan yang semakin hari semakin amblas itu, meskipun di bawahnya merupakan spot ideal untuk memancing ikan.

 

 

Muatan Sawit Adalah Kisah Lama

Wilayah Mukok memang salah satu penghasil perkebunan sawit yang cukup besar untuk Sanggau. Distribusi hasil panen, dari hulu ke hilir tak terhitung jumlahnya. Mobil truk yang membawa hasil panen dengan muatan besar tentu berefek pada kondisi jembatan yang sudah semakin parah.

 

Namun, itu kisah lama. Pemerintah tentu harus membaca hal ini lebih awal. Kalau sudah tahu bakal banyak mobilitas yang cenderung bermuatan besar, pembangunan jembatan yang lebih layak harusnya sudah disediakan sejak awal untuk mengantisipasinya.

 

Pada saat saya ambil foto ini, supir truk malah teriak,” foto mas, foto. Biar viral.”



Sebab beberapa kali saya hanya melihat mereka para supir truk, memberi timbunan tanah untuk menutupi celah jembatan yang sudah menganga.

 

Mengapa Tidak Meminta Jembatan Kepada Tuhan?

Alih - alih meminta bantuan pemerintah, saya berharap saudara nasrani yang lagi ibadah di gereja dekat jembatan untuk meminta kepada Tuhan. Ini bukan olok – olokan, mengapa kita tak meminta kepada Tuhan walaupun hanya sebuah jembatan? Yah diksi “walaupun” terdengar mengkerdilkan masalah pembangunan jembatan, namun adakah hal yang paling besar selain kebesaran Tuhan? Kalau kami sudah tak bisa meminta kepada manusia dalam hal ini pemerintah, wajar kami meminta secuil jembatan kepada Tuhan!

 

 

 

Posting Komentar untuk "Jembatan Rusak, Mengapa Tidak Meminta dengan Tuhan?"